Mutasim Billah Asim

Minggu, 25 Desember 2016

Tipe - Tipe Kepemimpinan

Tipe – Tipe Kepemimpinan

1. Tipe Kepemimpinan Otokratis

Tipe ini kadang – kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Tipe ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah.

Pemimpin otokratis adalah seseorang yang memerintahkan dan menghendaki kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah serta menjatuhkan hukuman.

Tipe kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang dilakukan semata – mata diputuskan oleh pimpinan.

Adapun ciri – ciri tipe kepemimpinan otokratis adalah sebagai berikut :

1. Wewenang mutlak terpusat pada Pemimpin.
2. Keputusan selalu dibuat oleh Pemimpin.
3. Kebijakan selalu dibuat oleh Pemimpin.
4. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan.
5. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan bawahannya dilakukan secara ketat.
6. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan, atau pendapat.
7. Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna dari bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.

2. Tipe Kepemimpinan Demokratik

Tipe kepemimpinan demokratis adalah tipe kepemimpinan yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam tipoe kepemimpinan demokratis, pemimpn memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.


3. Tipe Kepemimpinan Lassez Faire

Tipe kepemimpinan lassez Faire menghendaki semua komponen pelaku pendidikan menjalankan tugasnya dengan bebas. Oleh karena itu tipe kepemimpinan bebas merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan diserahkan pada bawahan. Karena arti lassez sendiri secara harfiah adalah mengizinkan dan faire adalah bebas. Jadi, pengertian lasses faire adalah memberikan kepada orang lain dengan prinsip kebebasan, termasuk bawahan untuk melaksanakan tugasnya dengan bebas sesuai dengan kehendak bawahan dan tipe ini dapat dilaksanakan di sekolah yang memang benar – benar mempunyai sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya dengan baik dan mampu merancang semua kebutuhan sekolah dengan mandiri.

Pemimpin lassez faire  merupakan kebalikan dari kepemimpinan otokratis, dan sering disebut liberal, karena ia memberikan banyak kebebasan kepada para tenaga pendidikan untuk mengambil langkah – langkah sendiri dalam menghadapi sesuatu. Jika Pemimpin otokratis mendominasi, maka tipe pemimpin lassez faire ini menyerahkan persoalan sepenuhnya pada anggota.

Pada tipe kepemimpinan lassez faire ini, sang pemimpin praktis tidak memimpin, sebab ia mebiarkan kelompoknya berbuat semau sendiri. Dalam rapat sekolah, kepala sekolah menyerahkan segala sesuatu kepada para tenaga kependidikan, baik penentuan tujuan, prosedur pelaksanaan, kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan, serta sarana prasarana yang akan digunakan. Kepala sekolah bersifat pasif, tidak ikut terlibat langsung dengan tenaga pendidikan, dan tidak mengambil inisiatif apapun. Kepala sekolah yang memiliki lasses faire biasanya memposisikan diri sebagai penonton, meskipun ia berada ditengah – tengah para tenaga pendidikan dalam rapat sekolah, karena ia menganggap pemimpin jangan terlalu banyak mengemukakan pendapat, agar tidak mengurangi hak dan kebebasan anggota.

Dalam suasana kerja yang dihasilkan oleh kepemimpinan pendidikan semacam itu, tidak dapat dihindarkan timbulnya berbagai masalah, misalnya berupa konflik – konflik kesimpangsiuran kerja dan kesewenang – wenangan oleh karena masing – masing individu mempunyai kehendak yang berbeda – beda menuntut untuk dilaksanakan sehingga akibatnya masing – masing adu argumentasi, adu kekuasaan, dan adu kekuatan seta persaingan yang kurang sehat diantara anggota, disamping itu karena pemimpin sama sekali tidak berperan menyatukan, mengarahkan, mengkoordinir, serta menggerakkan anggotanya.

Adapun ciri – ciri khusus gaya kepemimpinan lasses faire yaitu :

a. Pemimpin memberikan kebebasan penuh dalam mengambil keputusan baik secara kelompok atau individual dengan minimum partisipasi pemimpin bahkan terkesan acuh tak acuh.

b. Pemimpin memberikan kebebasan mutlak kepada staffnya dalam menentukan segala sesuatu yang berguna bagi kemajuan organisasinya tanpa bimbingan darinya.

c. Pemimpin tidak berpartisipasi sama sekali dalam organisasi yang dipimpinnya.

d. Pemimpin memberikan komentar spontan atas aktivitas – aktivitas anggota dan ia tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau tidak melakukan evaluasi terhadap kinerja guru.

Beberapa sebab timbulnya Lassez Faire dalam kepemimpinan pendidikan Indonesia antara lain :
1. Karena kurangnya semangat dan kegairahan kerja pemimpin sebagai penanggung jawab utama dari pada sukses tidaknya kegiatan kerja suatu lembaga.

2. Karena kurangnya kemampuan dan kecakapan peimpin itu sendiri. Apalagi jika ada bawahannya yang lebih cakap, lebih berbakat memimpin daripada dirinya, sehingga si pemimpin cenderung memilih alternative yang paling aman bagi dirinya dan prestise jabatan menurut anggapannya, yaitu dengan memberikan kebebasan seluas – luasnya kepada setiap anggota staf, kepada kelompok sebagai satu kesatuan, utnuk menetapkan “policy”, dan program serta cara – cara kerja menurut konsepsi masing – masing yang dianggap baik dan tepat oleh mereka sendiri.

4. Tipe Kepemimpinan Paternalistik

Kepemimpinan Paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakkan dengan sifat – sifat sebagai berikut :

1. Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak / belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.

2. Mereka bersikap terlalu melindungi.

3. Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.

4. Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.

5. Mereka memberikan atau hamper tidak pernah memberikan kesempatan pada [engikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri.

6. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.


5. Tipe Kepemimpinan Kharismatik


Kepemimpinan kharismatik (charismatic leadership): Kharisma diartikan “keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya” atau atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu.
Pemimpin kharismatik menampilkan ciri-ciri sebagai berikut:
(a) memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas.
(b) mengkomunikasikan visi itu secara efektif.
(c) mendemontrasikan konsistensi dan fokus
(d) mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan memanfaatkannya.
Gaya kepemimpinan karismatis dapat terlihat mirip dengan kepemimpinan transformasional, di mana pemimpin menyuntikkan antusiasme tinggi pada tim, dan sangat enerjik dalam mendorong untuk maju. Namun demikian, pemimpin karismatis cenderung lebih percaya pada dirinya sendiri daripada timnya. Ini bisa menciptakan resiko sebuah proyek atau bahkan organisasi akan kolaps bila pemimpinnya pergi. Selain itu kepemimpinan karismatis membawa tanggung-jawab yang besar, dan membutuhkan komitmen jangka panjang dari pemimpin. Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi. Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai, sikap, dan perilaku serta gaya yang digunakan pemimpin.
Pemimpin kharismatik mempunyai kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan, percaya diri, serta pendirian dalam keyakinan dan cita-cita mereka sendiri. Suatu kebutuhan akan kekuasaan memotivasi pmimpin tersebut untuk mencoba mempengaruhi para pengikut. Rasapercaya diri dan pendirian yang kuat meningktkan rasa percaya para pengikut terhadap pertimbangan dan pendapat pemimpin tersebut. Seorang pemimpin tanpa pola cirri yang demikian lebih kecil kemungkinannya akan mencoba mempengaruhi orang. Dan jika berusaha mempengaruhi maka lebih kecil kemungkinan untuk berhasil.
Kesuksesan mempengaruhi bawahan dapat diwujudkan apabila pemimpin mempunyai akhlak dan sifat yang terpuji. Dengan cirri dan sifat tersebut pemimpin akan dikagumi oleh para pengikutnya.
Pemimpin kharismatik menekankan tujuan-tujuan idiologis yang menghubungkan misi kelompok kepada nilai-nilai, cita-cita, serta aspirsi-aspirasi yang berakar dalam yang dirasakan bersama oleh para pengikut. Selain itu kepemimpinan kharismatik juga didasarkan pada kekuataan luar biasa yang dimiliki oleh seorang sebagai pribadi. Pengertian sangat teologis, karena untuk mengidentifikasi daya tarik pribadi yang melekat pada diri seseorang , harus dengan menggunakan asumsi bahwa kemantapan dan kualitas kepribadian yang dimilikiadalah merupakan anugerah tuhan. Karena posisinya yang demikian itulah maka ia dapat dibedakan dari orang kebanyakan, juga karena keunggulan kepribadian itu, ia dianggap (bahkan) diyakini memiliki kekuasan supra natural, manusia serba istimewa atau sekurang-kurangnya istimewa dipandang masyarakat.
Tipe kepemimpinan karismatik dapat diartikan sebagai kemampuan menggunakan keistimewaan atau kelebihan sifat kepribadian dalam mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku orang lain, sehingga dalam suasana batin mengagumi dan mengagungkan pemimpin bersedia berbuat sesuatu yang dikehendaki oleh pemimpin. Pemimpin disini dipandang istimewa karena sifat-sifat kepribadiannya yang mengagumkan dan berwibawa. Dalam kepribadian itu pemimpin diterima dan dipercayai sebagai orang yang dihormati, disegani, dipatuhi dan ditaati secara rela dan ikhlas. Kepemimpinan kharismatik menginginkan anggota organisasi sebagai pengikutnya untuk mengadopsi pandangan pemimpin tanpa atau dengan sedikit mungkin perubahan.
Karakteristik pemimpin yang karismatik dijelaskan oleh Purwanto sebagai berikut :

1) Mempunyai daya penarik yang sangat besar, karena itu umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya juga besar.

2) Pengikutnya tidak dapat menjelaskan, mengapa mereka tertarik mengikuti dan menaati pemimpin itu.

3) Seolah-olah mempunyai kekuatan gaib.

4) Karisma yang dimiliki tidak bergantung pada umur, kekayaan, kesehatan, ataupun ketampanan si pemimpin.
Sementara itu, Nurkolis mengungkapkan bahwa seorang pemimpin karismatik mempunyai tujuh karakteristik kunci, yaitu percaya diri, memiliki visi, memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan visi, memiliki pendirian yang kuat terhadap visinya, memiliki perilaku yang berbeda dari kebiasaan orang, merasa sebagai agen pembaru dan sensitif terhadap lingkungan.

Leadership part 1 *
Dikutip dari tulisan Ann Ruth Willner dan Dorothy Willner istilah ‘pemimpin kharismatik’ kini bermakna semakin meluas. Namun juga disertai dengan pemerosotan arti yang terkandung.
Secara historis, Max Weber mengambil istilah charisma dari perbendaharaan kata yang dipakai pada permulaan pengembangan agama Kristen guna menunjuk satu dari tiga jenis kekuasaan (authority) dengan pengklarifikasian klasik mengenai kekuasaan atas dasar suatu tuntutan yang sah.
Weber membedakan antara:
Kekuasaan tradisional atas dasar suatu kepercayaan yang telah ada (estabilished) pada kesucian tradisi kuno.
Kekuasaan yang rasional atau berdasarkan hukum (legal) yang didasarkan atas kepercayaan terhadap legalitas peraturan-peraturan dan hak bagi mereka yang memegang kedudukan, yang berkuasa berdasarkan peraturan-peraturan untuk mengeluarkan perintah.
Kekuasaan kharismatik yang didapatkan atas pengabdian diri atas kesucian, sifat kepahlawanan atau yang patut dicontoh dari ketertiban atas kekuasaannya.
Lebih lanjut menurut Weber, istilah kharismatik pada masa kini berbeda dengan ketiga hal lainnya namun tetap mempertahankn aspek loyalitas (pengabdian).
Kharismatik diyakini memiliki sesuatu yang luar biasa. Memimpin dengan cara yang tidak lazim dari sesuatu yang telah dikenal. Serta mampu mematahkan hal-hal terdahulu untuk kemudian menciptakan hal-hal baru bersifat revolusioner yang mampu tumbuh dalam keadaan serumit apapun.
Dari segi kemunculannya, kharisma yang disematkan pada seorang pemimpin lazimnya terlontar pada persepsi rakyat yang dipimpinnya. Dengan demikian, dapat didefinisikan kembali (tanpa keluar dari maksud Weber yang hakiki) Kharismatik adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mendapatkan kehormatan, ketaatan serta kehebatannya sebagai sumber dari kekuasaan tersebut dengan penekanan dalam setiap interaksinya (antara pemimpin dan pengikutnya) harus terdapat suatu integritas yang continue. Dengan kata lain, diwajibkan akan adanya kesadaran pada benak kita untuk bersatu pada satu tujuan, satu keinginan, satu cita-cita, satu harapan, dan satu perjuangan. Kemudian, barulah kita berharap akan muncul sosok pemimpin kharismatik yang dicintai, dihargai, dan dihormati.
Tentu saja, pemimpin kharismatik adalah pemimpinan nasional yang mampu menggandeng semua kelompok, golongan, etnis, suku, agama dan siapapun saja untuk mendapatkan kesetiaan.
*sengaja dibagi kedalam beberapa part, agar tidak bosan dalam membaca.

Menjadi pemimpin kharismatik
Anda mungkin pernah menemukan pemimpin yang begitu memukau anda. Kalau mereka bicara, kita terpesona oleh kata-kata mereka dan tertarik oleh argumentasi mereka yang kita tidak mampu membantahnya.
Mereka agaknya memiliki energi yang sulit dijelaskan dan mampu memberikan inspirasi dan motivasi pada diri kita. Mereka mampu menyentuh getar emosi kita melebihi pikiran rasional kita.
Banyak hal terjadi kalau mereka ada di sekitar kita. Tiba-tiba ada perubahan. Tiba-tiba kita mau melaksanakan yang mereka anjurkan tanpa terlalu banyak protes. Tiba-tiba kita merasa bangga hanya dekat dengan pemimpin itu. Kita mungkin juga bekerja demikian keras agar kita bisa melampaui harapan pemimpin itu.
Di atas segalanya, kita digerakkan oleh mereka, dan sering, kita jadi pengikut mereka. Apa inti kekuatan mereka? Karisma. Ya inilah penyebabnya. Tapi ketika kita berusaha mengungkap karisma itu, dan berusaha menirunya, kita mengalami kesulitan.
Pelatihan ini akan membongkar secara tuntas apa saja yang membuat pemimpin menjadi pemimpin karismatik. Dengan berbagai riset yang intensif, ‘rahasia’ pemimpin karismatik telah terungkap tuntas. Ternyata siapa pun bisa menjadi orang karismatik, asal tahu caranya…Dengan mengikuti pelatihan ini, anda akan menemukan taktik, dan strategi yang bisa anda terapkan sehingga anda bisa menjadi seorang yang karismatik atau menjadi pemimpin karismatik.
Mengapa harus karismatik? Karena dengan menjadi karismatik, anda akan menjadi pusat perhatian orang. Kata-kata anda dituruti orang. Jika anda penjual, penjualan akan mudah. Jika anda dosen, kata-kata anda akan didengar mahasiswa. Jika anda pemimpin, bawahan anda akan patuh dengan sepenuh hati kepada anda…
Artikel kali ini membahas tentang kepemimpinan yang menurut saya membutuhkan interaksi antara pimpinan dan bawahan. Dengan kharismatik bawahan akan merasa nyaman anda pimpin dan menuruti arahan anda. Dalam teori kepemimpinan ada 3 jenis kepemimpinan, yaitu :

1. Modern Choice Approach to Participation (Vroom & Yetton)

Model ini mengarah kepada pemberian suatu rekomendasi tentang gaya kepemimpinan yang sebaiknya digunakan dalam situasi tertentu.Menurut teori ini, gaya kepemimpinan yang tepatditentukan oleh corak persoalan yang dihadapioleh macam keputusanyang harus diambil. Ada tiga perangkat parameter yang penting dalam gaya kepemimpinan teori ini, yaitu klasifikasi gaya kepemimpinan, kriteria efektifitas keputusan, kriteria penemukenalan jenis situasi pemecahan persoalan.


2. Contingensi of Leadership (Fiedler)

Model ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif tergantung pada situasi yang dihadapi dan perubahan gaya bukan merupakan suatu hal yang sulit. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan bawahannya. Perilaku bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpnan situasional, karena bukan saja bawahan sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok, bawahan dapat menentukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.Model ini menyatakan bahwa keefektifan suatu kelompok bergantung pada hubungan dan interaksi pemimpin dengan bawahannya, dan sejauh mana pemimpin mengendalikan dan mempengaruhi situasi.


3. Path-Goal Theory

Dasar dari teori ini adalah bahwa merupakan tugas pemimpin untuk membantu anggotanya dalam mencapai tujuan mereka dan untuk memberi arah dan dukungan atau keduanya yang dibutuhkan untuk menjamin tujuan mereka sesuai dengan tujuan kelompok atau organisasi secara keseluruhan. Model ini menganjurkan bahwa kepemimpinan terdiri dari dua fungsi dasar, yaitu memberi kejelasan alur dan meningkatkan jumlah hasil (reward) bawahannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar