Mutasim Billah Asim

Senin, 26 Desember 2016

Dinamika Kelompok dan Pembinaan Organisasi

Dinamika Kelompok

A.    Pengertian Dinamika Kelompok
Kata Dinamika berasal dari bahasa Yunani “Dynamics” yang bermakna “Kekuatan” (force). “Dynamics is facts or concepts which refer to conditions of change, expecially to forces”.
Menurut Slamet Santosa, dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Jadi, dinamika berarti adanya interaksi interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus berada dalam kelompok itu. Karenanya dapat disimpulkan bahwa Dinamika ialah kedinamisan atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis.
Sherif berpendapat Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pengembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu.
Slamet Sentosa mengatakan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapaindividu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.
Kemudian definisi singkat dinamika kelompok yang dikemukakan oleh Jacobs, Harvill dan Manson, dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan kelompok.[3]
Sedangkan Benyamin B. Wolman menyebutkan dinamika kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat didalam kelompok, tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi didalam kelompok, teknik-teknik untuk mengubah interpersonal dan attitude didalam kelompok.
Berdasarkan dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok adalah studi tentang interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain dengan adanya feed back dinamis atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis antar individu sebagai anggota kelompok dengan memiliki tujuan tertentu.
B.    Peranan Interaksi Sosial dalam Dinamika Kelompok
Dalam suatu pengelompokan, gejala kejiwaan yang timbul antaranggota kelompok adalah dikarenakan adanya interaksi sosial. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bales maupun Himans. Interaksi sosial individu dipandang sebagai akibat adanya struktur kelompok, seperti tingkah laku pimpinan atau tingkah laku individu yang berfungsi sebagai anggota kelompok. Sementara itu, H. Bonner memberi rumusan interaksi sosial adalah hubungan antara dua atau lebih individu manusia ketika kelakuan individu yang satu mempengaruhi, merubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.[6] Dari pengetian tersebut dapat diartikan bahwa interksi sosial sangat berperan penting dalam dinamika kelompok, karena interaksi sosial membawa pengaruh, perubahan, dan memperbaiki kelakuan individu.
Tujuan interaksi dalam dinamika kelompok adalah untuk mempertahankan kelompok agar tetap utuh, terpadu, berfungsi dengan baik dan untuk mempertahankan kelompok agar dapat melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Agar interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerjasama apabila masing-masing anggota kelompok:
1)      Mengerti akan tujuan yang dibebankan didalam kelompok tersebut
2)      Adanya saling menghormati diantara anggota-anggotanya
3)      Adanya saling menghargai pendapat anggota lain
4)      Adanya keterbukaan, toleransi, dan kejujuran diantara anggota kelompok

C.    Manfaat Mempelajari Dinamika Kelompok
Berbagai pihak telah menyadari betapa pentingnya mempelajari dinamika kelompok karena beberapa alasan berikut:[7]
a.       Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat
b.      Individu tidak dapat pula bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya.
c.       Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik. Hal itu bisa terjadi apabila dikerjakan dalam kelompok kecil.
d.      Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan baik.
e.       Semakin banyak diakui manfaat dari penyelidikan yang ditujukan kepada kelompok-kelompok.

D.     Persoalan dalam Dinamika Kelompok
Dari pokok pengertian dinamika kelompok dapat ditarik berbagai persoalan yang menjadi objek studi dinamika kelompok. Persoalan dalam dinamika kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok yang face to face. Ruth Benedict menjelaskan bahwa persoalan yang ada dalam dinamika kelompok dapat diuraikan sebagai berikut:[8]
a.       Kohesi atau persatuan
Dalam persoalan kohesi akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok, dan sebagainya.

b.      Motif atau dorongan
Persoalan motif ini berkisar pada interes anggota terhadap kehidupan kelompok, seperti kesatuan berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok, dan sebagainya.

c.       Struktur
Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antaranggota, pembagian tugas, dan sebagainya.

d.      Pimpinan
Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok, hal ini terlihat pada bentuk-bentuk kepemimpinan, sistem kepemimpinan, tugas pemimpin dan sebagainya.

e.       Perkembangan kelompok
Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan sebagainya.

F.     Unsur-unsur dalam Dinamika Kelompok
Kedinamisan suatu kelompok sangat ditentukan oleh kedinamisan anggota kelompok melakukan interaksi dalam mencapai tujuan. Menilai dinamika kelompok berarti juga menilai kekuatan atau gerak yang terdapat di dalam kelompok yang menentukan prilaku kelompok dan anggotanya dalam mencapai tujuan. Berikut ini beberapa unsur-unsur yang ada di dalam dinamika kelompok yang mempengaruhi anggota maupun kelompok itu sendiri:[9]
a)      Tujuan kelompok (group goal)
Tujuan kelompok merupakan gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh kelompok. Tujuan kelompok yang sangat jelas diperlukan agar anggota dapat berbuat sesuatu sesuai dengan kebutuhan kelompok. Keadaan ini menyebabkan kuatnya dinamika kelompok. Tujuan kelompok ini akan menjadi suatu motivasi bagi anggota untuk melakukan kegiatan kelompok sehingga pencapaian tujuan tersebut akan lebih efektif.

b)      Struktur kelompok (group structure)
Struktur kelompok adalah suatu bentuk hubungan antara individu-individu di dalam kelompok yang disesuaikan dengan posisi dan peranan masing-masing individu. Struktur kelompok juga diartikan sebagai upaya kelompok mengatur dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Contoh dari struktur kelompok itu sendiri seperti struktur kekuasaan, struktur tugas atau pembagian kerja, struktur komunikasi dan sebagainya. Namun yang terpenting dalam struktur kelompok adalah terciptanya interaksi yang intensif diantara anggota kelompok.

c)      Fungsi tugas (task function)
Fungsi tugas adalah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh kelompok agar kelompok dapat menjalankan fungsinya sehingga tujuan kelompok dapat tercapai.

d)     Pembinaan dan pengembangan kelompok (group building and maintenance)
Pembinaan dan pengembangan kelompok adalah segala macam usaha yang dilakukan kelompok dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan dirinya. Atau bisa dikatakan juga bahwa pembinaan dan pengembangan kelompok ini juga berarti usaha-usaha untuk menjaga kehidupan kelompok.

e)      Kekompakan kelompok (group cohesiveness)
Kekompakan kelompok adalah perasaan ketertarikan anggota terhadap kelompok atau rasa memiliki kelompok. Kelompok yang anggota-anggotanya kompak akan meningkatkan gairah bekerja sehingga para anggota lebih efektif dan termotivasi untuk tetap berinteraksi satu sama lain. Kekompakan kelompok dipengaruhi oleh besarnya komitmen para anggota. Komitmen ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kepemimpinan kelompok, keanggotaan kelompok, homogenitas kelompok, tujuan kelompok, keterpaduan atau integrasi, kerjasama dan besarnya kelompok.

f)       Suasana kelompok (group atmosphere)
Suasana kelompok meliputi suasana hati atau irama atau perasaan yang terdapat didalam kelompok. Suasana kelompok ini menyangkut moral, sikap dan perasaan-perasaan yang umum terdapat dalam kelompok. Sebagai indikatornya dapat dilihat pada sikap anggota, mereka bersemangat atau sebaliknya apatis terhadap kegiatan dan kehidupan kelompok.

g)      Tekanan pada kelompok (group pressure)
Tekanan pada kelompok adalah tekanan-tekanan dalam kelompok yang menimbulkan ketegangan pada kelompok untuk menimbulkan dorongan ataupun motivasi dalam mencapai tujuan kelompok. Fungsi tekanan pada kelompok adalah membantu kelompok mencapai tujuan, mempertahankan dirinya sebagai kelompok, dan sebagainya.

h)      Keefektifan kelompok (group effectiveness)
Efektifitas kelompok adalah keberhasilan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan cepat dan berhasil baik serta memuaskan bagi setiap anggota kelompok dalam rangka mencapai tujuan berikutnya.
Efektifitas kelompok mempunyai pengaruh timbal balik dengan kedinamisan kelompok. Kelompok yang efektif mempunyai tingkat dinamika yang tinggi, sebaliknya kelompok yang dinamis akan efektif mencapai tujuan-tujuannya. Efektifitas dapat dilihat dari segi produktifitas, moral, dan kepuasan anggota.
Tercapainya tujuan kelompok dapat digunakan sebagai ukuran produktifitas kelompok; semangat dan sikap anggota dipakai sebagai ukuran moral; dan keberhasilan anggota mencapai tujuan pribadi digunakan sebagai ukuran kepuasan anggota. Semakin berhasil kelompok mencapai tujuannya, semakin bangga anggota berasosiasi dengan kelompok itu dan semakin puas anggota karena tujuan pribadinya tercapai. Dengan demikian kelompok akan semakin efektif dan dinamika kelompok akan semakin tinggi.

i)        Maksud terselubung (hidden agenda)
Maksud terselubung merupakan perasaan yang terpendam, baik di dalam diri anggota maupun di dalam kelompok. Agenda terselubung juga bisa berupa keinginan-keinginan yang ingin dicapai oleh kelompok, tetapi tidak dinyatakan secara formal (tertulis). Bisa diartikan lebih lanjut bahwa maksud terselubung adalah emosional berupa perasaan, konflik, motif, harapan, aspirasi dan pandangan yang tidak terungkap yang dimiliki oleh anggota kelompok. Terpenuhinya maksud terselubung anggota akan mendorong semakin aktifnya anggota kelompok dalam melaksanakan tugas dan kegiatan kelompok yang akan mendorong semakin dinamisnya suatu kelompok.
PEMBINAAN ORGANISASI DAN PROSES PERUBAHAN

Usaha perubahan dalam setiap organisasi selalu dilakukan sepanjang usia organisasi tersebut, dan merupakan proses yang berputar dan tidak pernah berhenti. Perubahan yang dilakukan dalam Pembinaan  Organisasi (PO)  merupakan perubahan yang berjangka panjang, yang tujuannya untuk meningkatkan efisiensi kerja dalam  organisasi.

             Semua pendekatan PO selalu bercirikan berrencana dan berjangka panjang, serta berdasarkan ilmu prilaku, namun belum ada satu teori yang tunggal yang dapat dikatakan sebagai teori PO. Dalam pratika PO yang berkaitan dengan proses perubahan sering dihubungkan dengan tiga model yang menjadi referensinya.
Model pendekatan yang menjadi referensi tersebut adalah ;
Model Action Research
Model tiga langkah perubahan dari Kurt Lewin
Model dari Lippit, Watson, dan Wesley

1. Model Action Research

Istilah Action Research dipakai untuk menamakan suatu riset Yang diikuti dengan suatu tindakan pelaksanaan dari hasil-hasil yang disebutkan dalam riset tersebut (Brown 1972). Menurut French dan Bell (1978) action research berasal dari dua nara sumber yakni john Collier yang mewakili dari unsur “action”nya , dan Kurt Lewin yang mewakili unsur “research”nya. Collier melakukan perubahan yang menyangkut hubungan antar etnik, dan melakukan penelitian untuk menentukan diantara bagian-bagian yang manakah yang segera dilakukan perubahan. Dia menamakan usahanya itu sebagai “action research” (Collier, 1945).
Kurt Lewin yang merupakan akademisi, teoritisi dan peneliti juga terkenal sebagai seorang pelaksana (action) yang tangguh. Lewin menggabungkan keduanya antara riset dan tindakan pelaksanaannya, dengan ucapannya yang terkenal “no action without research, and no research without action”.
Adapun langkah dari “action research” tersebut adalah ;
Identifikasi masalah
Konsultasi dengan ahli ilmu perilaku
Pengumpulan data dan diagnosa awal oleh konsultan
Umpan balik kepada klien atau kelompok
Diagnosa bersama terhadap masalah
Tindakan
Pengumpulan data setelah fase tindakan

Model dasar dari setiap kegiatan PO ialah action researc yang menekankan pada tigal hal pokok , yakni proses pengumpulan data, umpan balik kepada klien, dan perencanaan atas langkah-langkah yang akan diambil berdasarkan data yang telah dikumpulkan . Action research dapat dipergunakan sebagai pendekatan (approach) untuk memecahkan masalah dan dapat pula sebagai proses pemecahan masalah.

               Sebagai suatu proses dapat didefenisikan sebagai suatu proses riset yang sistematis yang dimulai dari pengumpulan data dari suatu sistem yangh sedang berjalan, menyajikan data kembali untuk sistem tersebut, mengambil suatu langkah perbuatan dengan memilih salah satu-variabel yang berasal dari sistem tersebut berdasarkan data dan hipotesa yang ada.

               Sebagai suatu pendekatan didefinisikan sebagai suatu penerapan cara-cara ilmiah dalam rangka mencari data dan melakukan eksperimen terhadap suatu masalah yang memerlukan tindakan dalam pemecahannya, dan yang melibatkan kolaborasi dan kerja sama para ilmuwan, praktisi, dan para ahli lainnya.
Pokok pikiran action research sebagai suatu pendekatan adalah ;
Sifat normatif dari model tersebut
Tujuan merupakan pusat perhatian dan menjadi amat penting
Peranan yang berbeda dari konsultan amat diperlukan untuk menghadapi klien
Unsur-unsur model action research dapat dipertautkan dengan metode penelitian ilmiah
Hubungan yang kolaboratif dengan para ilmuwan, praktisi, dan para ahli lainnya.

2. Model Tiga Langkah Perubahan dari Kurt Lewin

Pencairan (Unfreezing) : Langkah ini merupakan usaha penurunan tegangan-tegangan dalam suatu organisasi.
Tindakan (Movement)  : Langkah ini ialah melakukan tindakan yang akan mengubah sistem sosial dari tingkah perilaku aslinya ke suatu tataran perilaku yang baru.
Pengentalan (Refreezing) : Langkah ini berusaha menstabilkan organisasi pada suatu tingkat keseimbangan baru, langkah ini diterapkan dengan melalui mekanisme yang sangat membantu seperti, kultur organisasi, norma organisasi, kebijaksanaan dan struktur organisasi.

3. Fase Perubahan yang Berencana

               Fase perubahan yang berencana ini merupakan perluasan dari model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin.

Pengembangan yang dikemukakan Lewin tersebut menjadi enam fase , yakni :
Pengembangan suatu kebutuhan untuk melakukan perubahan
Menciptakan suatu tata hubungan perubahan
Melakukan perubahan.
Generalisasi dan stabilisasi dari perubahan tersebut
Penncapaian suatu tata hubungan terminal

Model Umum Perubahan Organisasi

              Model Perubahan dalam organisasi yang dikemukakan diatas merupakan model umum untuk melakukan perubahan dan pembaharuan dalam organisasi.
Model umum tersebut terdiri dari beberapa unsur, yakni :
1. Konsultan
2. Pengumpulan Informasi/Data
3. Perencanaan Kolaboratif
4. Melaksanakan perubahan
5. Melembagakan perubahan

              Nilai dan Asumsi-asumsi yang Mendasari Usaha Pembinaan Organisasi
Nilai dan asumsi-asumsi yang dimaksudkan disini adalah bertalian dengan anggapan PO terhadap orang-orang sebagai individu, sebagai anggota kelompok, sebagai pemimpin, dan sebagai anggota keluarga besar dari suatu organisasi.
Betapapun majunya suatu organisasi, dan betapapun modernnya peralatan yang digunakan, manusia dalam suatu organisasi tetap menduduki peranan yang menentukan , sehingga pertimbangan yang matang tentang manusia mutlak diperlukan.

– Anggapan Terhadap Manusia sebagai Individu

              Ada dua anggapan terhadap manusia, pertama dengan pertumbuhan pribadinya ,dan kedua tentang kontribusi konstruktifnya atas kehadirannya didalam organisasi.Sebagai agen pembaharu atau konsultan, kita menaruh anggapan bahwa manusia akan mampu mencapai tingkat pertumbuhan pribadinya semaksimal mungkin jika kita menyediakan tatanan lingkungan yang merangsang dan mendorong dirinya untuk maju, dan semua orang berkeinginan untuk berbuat dan mampu berbuat memberikan andil dan perannya setinggi mungkin untuk mencapai tujuan organisasi.

              Asumsi bahwa orang-orang mempunyai keinginan untuk maju dan berkembang, dan mampu memberikan andil yang konstruktif ini sangat berbeda dengan anggapan tradisional yang menganggap orang dalam organisasi bisa ditentukan keinginan, pengetahuan, kemampuan dan sifat-sifat pribadinya.


– Anggapan tentang Orang-orang di dalam Kelompok dan Kepemimpinan.

              Beberapa asumsi yang bertalian dengan kelompok dan kepemimpinan antara lain sebagai berikut :
1. Salah satu hal yang sangat berhubungan jika kita mengasumsikan suatu kelompok referensi tiada lain ialah kelompok kerja termasuk didalamnya atasan dan teman sejawat.
2. Semua orang berkeinginan diterima dan berinteraksi secara koperatif dengan paling sedikit satu kelompok referensi kecil, kemudian biasanya diperluas dengan lebih satu kelompok.
3. Suatu kelompok agar mampu meningkatkan efektivitasnya, pemimpin formal hendaknya memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk saling memberikan bantuannya.
4. Perasaan dan sikap yang tertahan aakan sangat mempengaruhi pertumbuhan pribadi, pemecahan masalah, dan kepuasan kerja.
5. Pemecahan persoalan-persoalan yang menyangkut sikap dan motivasi didalam suatu organisasi dapat dilaksanakan melalui transaksi.

– Asumsi tentang orang-orang dalam Sistem Organisasi.

Asumsi tentang orang-orang dalam suatu sistem organisasi nampaknya lebih rumit dan kompleks dibandingkan dengan kedua asumsi diatas . Organisasi disifati oleh saling tindih antara kelompok-kelompok kerja, antara menjadi pemimpin dan menjadi bawahan di tempat lain.
Asumsi kedua, startegi “menang-kalah” , dalam mengatasi konflik didalam organisasi tidak selamanya efektif untuk mengatasi persoalan-persoalan yang timbul dalam organisasi.
Asumsi ketiga, dalam kaitannya dengan kerumitan arganisasi dan usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan yang bertalian dengan budaya dalam suatu organisasi, paling sedikit ada dua asumsi dasar, yakni : (a). Usaha untuk melakukan PO dibutuhkan waktu yang lama dan kesabaran. (b). Untuk menyempurnakan kerja berdasarkan prinsip-prinsip PO perlu memperoleh dukungan perubahan-perubahan dibidang penilaian, gaji, training, tugas, dan komunikasi.

– Asumsi yang Bertalian dengan Nilai Klien

Asumsi yang hampir sebagian besar dipergunakan oleh para praktisi PO dengan kliennya ialah : bahwa seorang klien itu merupakan anggota dari suatu sistem yang menempatkan value (nilai) usaha kolaboratif dan keberhasilan pencapaian tujuan dari suatu sistem.
– Nilai usaha kolaboratif menekankan terhadap kebersamaan dan kerja sama, sekaligus memahami adanya perbedaan di antara para     anggota suatu sistem
Nilai keberhasilan pencapaian tujuan sistem merupakan nilai yang setiap anggota organisasi harus terlibat dan terikat
Nilai kesejahteraan bagi seluruh anggota sistem (organisasi).

Nilai dan Kepercayaan Ahli Ilmu Perilaku Sebagai Agen Pembaharuan.

Suatu nilai yang sering  diikuti oleh para konsultan PO dan ahli ilmu perilaku ialah ;
1. Kebutuhan dan aspirasi manusia merupakan suatu alasan pokok mengapa suatu organisasi dalam masyarakat ini timbul.Orientasi dari nilai tersebut mengakibatkan timbulnya a self-fulfilling prophecy , yaitu suatu kepercayaan diri bahwa setiap orang mampu berbuat, mampu berprestasi, dan mampu berperan dalam organisasinya.
2. Perasaan dan sentimen dapat dilegitimasikan sebagai bagian dari kebudayaan organisasi.
3. Keterikatannya pada penerapan “action research”.
4. Demokratisasi dalam organisasi (Power equalization).

Nilai ini sering diartikan sebagai usaha untuk mengurangi jarak perbedaan dalam kekuasaan, status, dan pengaruh antara pimpinan dan bawahan (Baturnek dan Keys; 1982).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar